Mengenal Hernia Pada Bayi dan Cara Penanganannya


mengatasi hernia pada bayi



Jadi ibu dari 2 lelaki jagoan itu, bikin saya harus ekstra mengeksplor informasi soal seluk beluk dunia laki-laki. Dulu, saya berharap bisa punya anak cewek, buat temen curhat dan belanja belanji macam punya duit banyak aja hahaha. Tapi kenyataannya Tuhan berikan hadiah sepasang jagoan yang lucu, lemu ginuk-ginuk dan nggemesin, yaaa gimana saya mau nolak?

Awalnya, saya sih gak terlalu ambil pusing dengan status sebagai ibu. Bayi kecil bisa apa sih? Pikir saya waktu itu. Nggampangke kalo kata orang Jawa. Bayi paling nangis kalo ngantuk, laper, mau pup atau pipis, bukan? Tapii... ternyata hal ini nggak berlaku buat saya.

Anak mbarep dulu sangat istimewah. Pulang dari rumah sakit, langsung bikin heboh orang se-RT karna nangis kenceng banget. Macam pake toa mesjid aja. Saya yang masih pringas pringis kesakitan abis lairan SC, jadi kewalahan. Belum juga sempat ngerasain enaknya perut kempes, harus langsung berjibaku dengan bayi spesial, plus no ART. Kebayang kan ya, rempongnya. No wonder saya harus bersinggungan sama yang namanya baby blues syndrome.

Saking stresnya, sampe-sampe saya tuh abai sama diri sendiri dan lupa kalo punya anak bayik. Huhuhuhu.. kalo inget itu mah suka langsung nangis sendiri. Nyeselnya ampunnn deh. Tapi apa mau dikata?

Menurut data, 70% ibu melahirkan tidak sadar kalau terkena baby blues syndrome. Akibatnya, mereka nggak mendapatkan dukungan dan treatment yang tepat untuk membantunya menghadapi kenyataan. Punya bayi itu nggak gampang. Apalagi bayi spesial seperti Rafael.

Di sini saya nggak akan cerita soal baby blues ya Moms. Saya justru mau berbagi soal kondisi Rafael waktu masih kecil.

Jadi gini, Rafael itu termasuk bayi yang rajin nangis. Mungkin pengaruh sayanya juga kali ya, yang berteman sama baby blues. Jadilah di hampir semua aktivitas, dia menangis. Tangisan dan rengekannya itu seperti nightmare buat saya. Dan tanpa adanya orang lain di rumah, kondisi kami berdua mungkin bisa dibilang cukup mengkhawatirkan.

Rafael kecil mungkin sebenernya protes dan mencari kenyamanan di pelukan saya. Tapi karena saya "menolak" jadilah kami berdua harus bergulat dalam pertarungan emosi yang tinggi. Dia nangis, saya bete dan uring-uringan.

Hingga suatu hari di usianya yang belum lagi sebulan, saya menemukan bagian atas kemaluannya membengkak. Enggak terlalu besar tapi cukup terlihat. Saya pikir mungkin digigit semut atau serangga lain, tapi bagian yang membengkak terasa keras. Panik, saya langsung mengajak suami ke bidan deket rumah.

Setelah diperiksa, bidan mengatakan kemungkinan besar Rafael kena hernia.

Blaarrr!!  
Saya langsung nangis. 



woman crying



Rasanya seperti ditonjok tepat di ulu hati. Dengan kesadaran penuh, saya buang jauh-jauh emosi negatif yang tanpa saya sadari menggelayuti selama ini. Rasa sakit, benci, marah, bingung, dan takut yang terbungkus dalam jubah bernama baby blues syndrome, saya usir. TUHAN memakai momen sakitnya Rafael ini untuk menyembuhkan baby blues.

Singkat kata, kami dirujuk ke dokter spesialis anak. Di sana, keterangan yang kami dapat sama: Rafael terkena hernia. Menurut DSA itu, 10% bayi laki-laki terlahir dengan kondisi saluran tempat turunnya testis dari rongga perut ke kantong skrotum tetap terbuka. Seharusnya, saluran ini menutup sempurna saat lahir, tapi yaa... begitulah kenyataannya. Rafael termasuk dalam kelompok bayi 10% ini. Dan karena ukuran lubang saluran ini cukup besar, sehingga sebagian usus Rafael turun mengikuti testis yang membentuk benjolan di lipatan paha.

Usus yang turun ini berisiko terjepit dalam saluran yang sempit dan jadilan dia nangis jejeritan karena nyeri yang sangat. Udah mah dia emang demen nangis sejak lahir, ditambah lagi hernia ini.

Baca juga : 10 Kalimat Paling Ingin Didengar Anak


Apa itu HERNIA

Secara medis, hernia adalah bagian usus yang keluar melalui jaringan ikat atau otot yang lemah pada dinding rongga perut (peritoneum). Bagian usus itu sebenarnya terlindungi oleh kantung tipis yang disebut fascia.

Hernia disebabkan karena adanya tekanan yang terlalu keras pada bagian perut. Bisa jadi karena terlalu kencang menangis atau bayi suka ngeden. Bayi yang lahir prematur atau dengan BB rendah juga memiliki risiko lebih besar terkena hernia.

Hernia pada bayi laki-laki biasanya terjadi akibat kurang sempurnanya proses penutupan dinding usus saat buah zakar turun atau karena tidak sempurnanya bagian dinding perut dekat pusar.

Ada dua jenis hernia pada bayi

1. Hernia umbilikalis

Hernia umbilikalis adalah tonjolan di sekitar pusar. Hal ini terjadi ketika otot sekitar pusar tidak menutup sepenuhnya.

2. Hernia inguinalis.  

Hernia inguinalis adalah tonjolan di selangkangan yang muncul karena usus keluar dari rongga perut dan masuk ke bagian kantung buah zakar (skrotum). Lebih sering terjadi pada bayi laki-laki.
Saya kutip dari klikdokter, Hernia inguinalis ini ada 2 jenis lagi, yakni Hernia inguinalis medialis dan Hernia inguinalis lateralis.  Kalau kantong hernia  inguinalis lateralis mencapai skrotusm (buah zakar) maka di sebut hernia skrotalis.

Hernia terdiri atas jaringa lunak (usus), kantong dan isi hernia. Jadi Moms, pada bayi dengan hernia, usus itu turun dari perut melalui saluran di lipat paha menuju ke skrotum. Hal ini biasanya disebabkan karena adanya kantung kecil yang menembus cincin inguinal di dekat selangkangan. Cincin ini terbuka saat bayi masih di rahim, dan seharusnya menutup sempurna setelah lahir.

Tapi balik lagi, dalam beberapa kasus cincin ini nggak nutup. Dan Rafael termasuk di dalamnya. Manifestasi kondisi ini adalah adanya benjolan yang bisa muncul dan menghilang, atau justru muncul terus-terusan.

mengatasi hernia pada bayi


Penanganan

Saat kita mengenali adanya gejala atau tanda-tanda hernia pada bayi, sebaiknya segera bawa ke dokter seperti saya dulu ya Moms. Dokter akan memastikan apakah benar itu hernia atau bukan.
Setelah diagnosa ditegakkan, dokter akan merekomendasikan tindakan yang akan diambil. Hernia umbilialis biasanya akan hilang dengan sendirinya saat anak berusia 1-2 tahun. Atau pada beberapa kasus ada yang sampai usia 5 tahun juga sih. Tapi kalau sampai usia 5 tahun benjolan nggak hilang juga, biasanya harus dilakukan tindakan bedah.

Nah, untuk hernia inguinalis biasanya butuh tindakan bedah. Operasi ini dilakukan untuk mencegah benjolan membesar dan berubah menjadi keras atau menghitam. Kalau enggak, benjolan ini bisa membahayakan jaringan tubuh lainnya.

Pada kasus Rafael, sebenernya saya juga nggak yakin hernia jenis mana yang dia alami. Soalnya waktu itu pusarnya juga menonjol (bodong). Jadi, yang bengkak nggak cuma sekitar kelaminnya. Tapi juga pusernya.

Setelah melewati konsultasi yang mendalam, dokter memberikan pilihan kami untuk menunggu saluran yang terbuka itu menutup secara alami atau mengambil keputusan untuk membedah. Dengan pertimbangan yang masak, kami ambil pilihan pertama, dengan syarat Rafael enggak boleh terlalu banyak ngeden, nangis, atau teriak-teriak. Untuk memastikan hal ini, praktis saya harus lebih sering memeluk, menggendong, dan membuainya supaya tenang.

Ah.. jadi meleleh lagi nih nulisnya.

Kalau dipikir-pikir, itu adalah kesempatan yang Tuhan kasih buat saya untuk belajar lebih sabar, lebih lembut dan mengasihi bayi pertama saya. Sudah cukup bermesraan sama baby blues, kini saatnya saya memeluk, membuai dan mengasihi darah daging saya. Saat-saat itu menjadi momen kedekatan kami berdua. Perlahan, Rafael tumbuh menjadi semakin tenang, menangisnya pun berkurang. Saya dedikasikan waktu dan tenaga ful untuk mengurusi Rafael. Hingga suatu hari di usianya yang menjelang delapan bulan, benjolan itu hilang dengan sendirinya. Rafael sembuh. Pisau operasi enggak jadi melukai tubuhnya. Praise the Lord!

Adakah Mommies yang punya pengalaman dengan putra-putri yang memiliki hernia? Sharing yuk!




Happy Parenting!

Posting Komentar

14 Komentar

  1. Wah pelajaran untuk saya. Dulu anak pertama cowo engga ada sih masalah hernia. Justru Bara yg pernah nangis kejer krn kolik, scrotumnya sebelah naik ke perut. Paniklah Mamanya. Saya juga sih...bingung. Lhah blm pernah. Untung Dokternya bisa di WA, konsultasi via WA. Pas udh engga kejer balik lagi sih. Normal...
    Huf...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah kebayang deh paniknya saat kejadian ya Bun. Semoga gak kejadian lagi. BARA tumbuh jadi anak sehat kuat aminn

      Hapus
  2. Bunda harus sabbbar, mengatasi masalah pada diri sendiri maupun masalah pada anak...

    BalasHapus
  3. Mbooook, peyuuuuk.... Ya ampuun you are strong mom. Baby bluesnya aja sudah gak mudah ditambah dengan Rafael yg diberi "kelebihan". Selalu ada hikmah dibalik peristiwa jadi semakin mesra sama Rafael yaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba Dwi.. kalo diinget inget sekarang jadi nyesel huhuhu

      Hapus
  4. Memang ibu dengan anak masih bayi itu harus sabar ya mba..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget. Bayi sangat peka sama emosi ibu 😊

      Hapus
  5. Emak setrong! Kudu setrong!
    Lika liku menjadi ibu baru dengan pengalaman yang baru, proses yang ga mudah. Bayi kan bahasanya cuma nangis, ya? Kalo aku bayinya nangis emaknya juga nangis 😭

    BalasHapus
  6. Masya Allah, pengalaman yang sangat berharga ya, MBAK.
    Jadi itu hernia hilangnya saat Rafael usia berapa, mbak??

    BalasHapus
  7. Suami saya dulu saat kecil kena hernia. Akibatnya sekarang giginya jelek karena kebanyakan obat. Ngaruh gak sih kayak gitu mom? Alhamdulillah sekarang sehat walaupun afiyat

    BalasHapus
  8. Wah pengalaman baru mbak. Belum pernah mengalami ini sih. Nambah ilmu baru

    BalasHapus
  9. Suami saya pas kecil juga pernah hernia, sekitar tiga tahun dan harus dioperasi. Kasihan sampai giginya rusak karena sering minum obat.
    Mbak bety emang luar biasa, saluut

    BalasHapus
  10. ya allah ..anak ku sekarang ada diposisi rafael bun . selagi tidak parah (tidak bengkak, msh pipis,mau nyusu,tidak rewel) aku msh optimis bisa nutup sendiri hernianya itu . anak ku usia 4 bulan . semoga tidak melalui prpses pembedahan. aamiin

    BalasHapus

Hi there!

Thank you for stopping by and read my stories.
Please share your thoughts and let's stay connected!