Secara general, tantrum bisa diartikan sebagai kondisi di mana anak mengamuk atau marah-marah. Hal ini biasanya terjadi sebagai cara mereka meluapkan emosi, perasaan dan keinginan yang ada, di tengah ketidakmampuan mereka berkomunikasi secara aktif.
Tau dong, balita kan masih belum fasih ngomong, jadi agak sulit mengungkapkan keinginan layaknya orang dewasa.
Meski sudah jadi hal umum terjadi di kalangan balita, nyatanya tantrum bukanlah sesuatu yang bisa diabaikan loh. Sedihnya, masih ada orangtua yang punya pandangan bahwa anak ngamuk bin tantrum itu dibiarin aja sampe capek. Ntar juga berhenti.
Saya sendiri enggak setuju sama pandangan itu. Bukan apa-apa sih, kasian aja sama anaknya. Kondisi tantrum itu kan karena dia ada “masalah” yang harusnya diselesaikan. Na kalo dia dibiarin aja sampe sembuh sendiri, efeknya bisa bahaya loh. Bukan saja ia akan merasa diabaikan, tapi juga secara fisik tersakiti. Kenapa? Karena nangis sambil ngamuk melelahkan, Fergusso!
Kebayang lah kalau anak nangis sampe berjam-jam, dibiarin aja. Bisa kejang kalik.
Eh trus ada lagi orangtua yang kalau anaknya tantrum langsung kasih apapun yang si anak minta. Nah meski ini rada mendingan ketimbang pilihan pertama tadi, saya juga nggak 100 persen setuju. Pasalnya, cara ini enggak bagus kalau diterapkan secara terus menerus dan dalam waktu yang lama. Alih-alih mendidik, metode ini justru ngajarin anak untuk mendapatkan kemauannya dengan cara yang salah. Nggak mau dong eikeh besok gede anak gue jadi tukang valak #eh palak.
Karena itu, sebagai orangtua yang baik kita sebaiknya cari tahu secara detail gimana sih cara yang benar nanganin anak tantrum tanpa mengabaikan dan atau memanjakan mereka.
Pertama, cari tahu penyebabnya
Tantrum biasanya terjadi karena anak kelelahan, lapar, atau menginginkan sesuatu tapi enggak bisa menyampaikannya dengan jelas. Kondisi ini umumnya terjadi pada rentang usia 1-4 tahun, saat di mana kemampuan komunikasi verbal mereka memang belum sempurna. Kesulitan menyampaikan keinginannya ditambah kemampuan emosional yang masih berkembang, membuat mereka marah dan frustasi, yang akhirnya mengamuk.Tapi, kita juga sebaiknya tahu bahwa tantrum ini juga salah satu cara anak-anak mengobservasi lingkungannya. Maksud saya, mereka mencoba testing the water alias ngetes doang, gimana sih reaksi orang dewasa (baca: ortu) saat mereka ngamuk. Kalau dengan mengamuk orangtua memberikan semua hal yang mereka inginkan, mereka akan menganggap ini (tantrum) adalah cara yang efektif mendapatkan apapun yang mereka minta. Dan ini yang saya sebut berbahaya tadi. Dalam jangka panjang, tentu saja hal ini akan menjadi kebiasaan buruk yang enggak saja merugikan orang lain tapi juga dirinya sendiri.
Kedua, cari tahu bagaimana penanganan yang tepat
Untuk mengatasi tantrum pada anak, tentu saja ada beberapa hal yang harus kita perhatikan. Jangan mengabaikan, tapi juga jangan terus terusan memberikan apa yang mereka minta. Lalu gimana dong?Dari hasil pengalaman sendiri plus bantuan dari mbah Gugel, saya rangkum beberapa tips yang bisa kita lakukan untuk menangani anak tantrum.
1.Tetaplah tenang
Kunci untuk mengatasi anak ngamuk yang pertama adalah pada kita, orangtuanya. Jangan terpancing untuk ikut-ikut ngamuk ya Moms. Ini nggak akan membawa kita ke mana-mana kecuali berujung pada pertengkaran hebat dan akhirnya emosi jiwa tak tertahankan lagi.
Alih-alih emosi, lebih baik tata hati dan dinginkan kepala. Anak kita -yang masih balita itu- sedang tantru, sudah pasti emosinya tak terkendali. Karena itu, kita harus tetap tenang supaya bisa berpikir jernih. Beritahu anak jika ia tenang, maka kita akan mencoba berdiskusi tentang keinginannya. So, cobalah bernegosiasi dengan si kecil.
Kalau ia mulai memukul atau melemparkan benda, tenangkan dan hentikanlah. Beritahu dia bahwa apa yang dia lakukan itu enggak baik. Kalau hal ini terjadi saat kita sedang di luar rumah, sebaiknya minggirlah dan cari ruangan yang lebih sepi. Jangan sampai kita jadi bahan tontonan orang se-emol ya.
2.Ajak bicara baik-baik
Anak yang tantrum kan karena dia nggak bisa ngomongin apa yang ada di pikirannya. Karena itu, mengajaknya bicara adalah hal yang tepat. Cari tahu apa sih yang sebenarnya dia rasakan, apa yang mereka pikirkan atau apa yang mereka inginkan? Mungkin memang akan sedikit sulit sih, tapi hal ini penting banget dilakukan supaya mereka tahu bahwa kita peduli.
Nah ini juga poin penting yang saya mau sampaikan. Anak-anak perlu tahu bahwa mereka dicintai dan diperhatikan. Mereka perlu mengerti bahwa kita peduli dan ingin membantu mereka. Kecenderungan yang ada, anak berperilaku buruk adalah untuk menarik perhatian lebih dari orang tuanya. So, ini akan jadi momen yang tepat untuk bilang, “Mommy sayang sama adek, tapi Mommy nggak suka kalau adek bertingkah seperti ini.” Or some other similar sentences kayak gitulah, intinya tegaskan sama anak kalau kita enggak suka sama perilaku buruk.
Meski awalnya susah, anak akan belajar bahwa ngamuk nggak akan menyelesaikan masalah.
3.Peluk anak
Pelukan adalah salah satu senjata pamungkas yang ampuh untuk menunjukkan kasih sayang dan perhatian tulus. Tunjukkan pada anak dan biarkan mereka tahu bahwa kita tetap mengasihinya. Hal ini juga untuk mereda keinginan mereka untuk melempar, memukul atau hal-hal lain yang negatif.
4.Alihkan perhatiannya
Anak kecil mudah sekali untuk terdistraksi. Karena itu, cobalah mengalihkan perhatiannya pada hal lain yang sekiranya menarik. Misalnya saja dengan menawarinya makanan favorit, menonton film kesukaannya, atau sekedar jalan-jalan di taman sambil nungguin kang bakso :D
5.Jangan tergoda untuk bermain “fisik”
Pada beberapa anak, kondisi tantrum bisa dengan mudah memicunya melakukan kontak fisik yang berlebih seperti memukul, mencubit, atau menendang. Sebagai orang dewasa, sebaiknya kita enggak membalasnya. Kenapa?
Karena anak akan belajar bahwa “pembalasan itu lebih kejam” daripada tindakan. Mereka akan meyakini bahwa membalas keburukan dengan keburukan itu boleh, biasa dan normal. Padahal kita nggak ingin kan, anak-anak tumbuh dengan spirit balas dendam seperti itu? Apalagi kalau cubitan balasan kita lebih menyakitkan daripada cubitan tangan mungilnya itu. Huhuhu.. sakit hati, Mak!
Saya pernah soalnya punya pengalaman kayak gini. Wong namanya juga manusia ya, kali-kali saya juga khilaf. Pernah suatu saat saya balas cubitannya di lengan, eh anak saya bales lagi nyubit sambil nyakar dan teriak histeris sampe lengan saya luka kena cakaran cukup dalam. HUHUHU…. itu beneran sakit, Fernando!
Sejak itu saya kapok. Nggak lagi-lagi main fisik sama dia. Soalnya sama-sama rugi. Nangis mah tetep aja nangis, malahan bonus badan biru-biru atau lecet sana sini. Useless deh.
Nah, buat Mommies yang lagi baca tulisan ini, yuk kita evaluasi diri kita. Sebisa mungkin jangan pernah tergoda untuk kepancing emosi tapi tetaplah tenang namun tetap tegas menghadapinya. Meski begitu, kita juga harus tetep memperhatikan apakah frekuensi tantrum pada anak sering terjadi atau hanya sesekali? Sekiranya cukup sering, ada baiknya kita berkonsultasi juga sama ahlinya. Misalnya pergi ke psikolog anak gitchhuu..
Gimana, semoga artikel ini membantu ya Moms.. Keep on struggling, our children need a great and strong Mommy like YOU! Iya, kalian yang lagi baca tulisan ini sampe akhir 😍😍
Salam cinta!
21 Komentar
Lha ini aku, kalau Najib tantrum mesti tak biarin dulu. Tapi gak lama sih, kalau dia udah mulai bisa diajak ngomong, atau mau dengerin aku ngomong ya trus tak ajak ngomong. Kalau udah tenang trus biasanya tak peluk. Tapi pernah juga beneran tak biarin dan tak tinggal Kejadiannya di mall. Tapi aku pastikan dulu tempatnya aman.Misal nggak deket eskalator atau nggak deket tenant. Bahaya to kalau ngamuk trus nariki barang2 di tenant.
BalasHapusNoted mbak untuk aku yang belum punya baby. Jadi nambah pengetahuan tentang cara mendidik anak terutama kalau anak tantrum. Yang perlu digarisbawahi banget buat aku adalah jangan tergoda untuk melakukan kekerasan fisik pada anak. Daging banget ini tulisannya mbak. Makasi mbak bety
BalasHapusBenar deh ya mbak, anak akan meniru org tuanya. Saat kita mengajarkan dengan mencubit, maka ia akan ikut mencubit. Saat kita mmemukul, anak jg meniru memukul, krn sebenarnya mereka saat itu jd peniru ulung ya mbak...
BalasHapusKasian fernando dan ferguso ntar sering tampil di dlm hati, hihihi
iyes bener banget sih itu mbok. saya punya ponakan kalo tantrum aja bikin pusing kepala hehe. seringnya sih juga gitu dialihkan perhatiannya supaya enggak nangis lagi. Lama-lama juga lupa deh, makasih mbok sharingnya.
BalasHapusAnak pertamaku dulu tantrum mba..dan benar ada masalah dengan dia yang mesti disembuhkan dulu sehingga enggak muncul lagi tantrumnya.
BalasHapusMakasih sudsh mengulas artikel bertema tantrum yang pasti bermanfaat bagi banyak orang tua di luar sana
Zril, anak saya, usianya 1.5 tahun. Kalau minta apa tapi gak dituruti, dia langsung nangis sambil menggeletakkan (halah)tubuhnya ke lantwi. Di situ saya biarkan sebentar sampai lega lalu segera angkat tubuhnya dan peluk. Nangisnya gak langsung berhenti tapi sudah tak sekeras sebelumnya
BalasHapusaku biarin anakku dulu sampe dia bisa diajak bicara lalu aku peluk, gendong dan bicara tapi kalau cara ini ga berhasil aku diemin terus..masalahnya yang bikin kesel adalah orang lain yang justru memancing emosi ortunya dengan komporin "itu anaknya berisik woy" kejadian pas aku di mall
BalasHapusYang ada anakku tambah kenceng nangis, aku tambah naik darah pas suruh bilang berhenti karen orang lain bilang gitu..wkwkwk
pokoknya woles aja, ortu pasti tahu anaknya gimana yg penting jangan emosi, kalem dan senyumin karena aku juga gitu semakin emosyenel anakku semkain tereak nangisnya :D
Daku nggak paham soal tantrum ini karena belum nikah, hihi.. Tahunya ya gara-gara blog walking ke blog yang sudah punya anak
BalasHapusBener bnget mba,, sikap ortu hrs tenang jng ikut panik aplg jd emosian ,, peluk anak adalah langkah yg sering ku ambil
BalasHapusDuh, kalau saya sering terpancing emosi, jadi kadang harus menjauh dulu untuk nenangin diri. Biasanya musti gantian dengan bapaknya biar tetap adem pikiran, ga terbawa emosi... Tapi bener, sabar adalah kunci...
BalasHapusTantrum saat berada di luar ruangan atau tempat umum. Emosi jiwa kita jadi ikutan meledak. Pertama malu anak nangis kenceng di umum karena mainan tidak di belikan.
BalasHapusNgelus dada banget yah mba kalau anak lagu tantrum tuh, apalagi kalau mengatasi anak tantrum gak sejalan sama anggota keluarga di rumah yang lain
BalasHapusSedap sedap ngeri emang menghadapi anak yang tantrum ini. Ngerinya kalau lama-lama emaknya kehabisan kesabaran. Wkwk
BalasHapusKalo anakku yg kecil ini muncul tantrumnya, aku berusaha tenang mba.. Kucari tahu penyebabnya, lalu kuajak bicara, kukasih pengertian. Setelah itu biasanya lantas tenang.
BalasHapusIni cocok banget tips nya buat tooddler aku, yang usia 3 tahun masih suka tantrum terutamq saat malam hari..cuma gara gara minta susu bisa guling guling dan njerit njerit kaya orang sakau
BalasHapusMasalah komunikasi dengan anak ini sejak di dalam perut hingga lahir.
BalasHapusTapi selalu aja ada momen yang bikin kita menyesal sudah melakukan hal tersbut pada anak.
Hiiks~
Jadi ingat anak saya tantrum waktu di Mall karena enggak dibeliin mainan mbak. Alhasil, saya bicara pelan-pelan dan peluk dia. Enggak lama saya kasih pengertian kalau mainan tersebut tidak dibeli memiliki alasan tertentu. Alhasil, sekarang enggak pernah tantrum lagi.
BalasHapusDuuh kalo anak udah tantrum berasa nightmare ya mba. Alhamdulillah anakku kalo tantrum ga berlebihan yg gimana gitu. Anak nagis aja kepalaku udah cenqt cenut dengernya huhu
BalasHapusPonakanku juga ada tuh yang suka tantrum. Duh pusing langsung aku lihatnya. Tapi untungnya mamanya pintar mengalihkan perhatian si anak jadi tantrumnya bisa sirna. Biasanya sih emang mesti dicari tahu dulu penyebabnya.
BalasHapuswah suak kasihan lihat ibu2 yang anaknya trantum saat di mall, kebayang ya. alhamdulilah dulu saat kedua anakku gak pernah trantum
BalasHapusKalau aku memang kubiarkan dulu sebentar sambil aku nenangin diri juga. Biar ga emosi pas nenanginnya
BalasHapusHi there!
Thank you for stopping by and read my stories.
Please share your thoughts and let's stay connected!