Maksimalkan Kecerdasan Anak dengan Pilihan Sekolah yang Tepat

Sebentar lagi kita akan segera memasuki tahun ajaran baru di sekolah. Tahun ini, sulung saya akan masuk di kelas IX alias 3 SMP. Sedangkan adiknya di TK B. Weh nggak kerasa loh, kayaknya baru kemarin saya ama suami keliling-keliling nyari sekolahan buat si Bontot ini. Ternyata udah setahun aja hehehe. Si kakak juga gitu, rasanya baru berapa hari yang lalu nyelesaiin UN di SD, eh udah mau UN SMP loh tahun depan.

Time flies so fast ya Moms. Hiks.. bentar lagi nggak ada yang bisa dieyong-eyong, dicium-cium bau kecutnya, ama dielus-elus kepalanya. Huaaa….

Makanya bener kata pepatah, nikmatilah waktu yang ada, sebelum semuanya hilang dan berganti.


tips memilih sekolah anak


Oya, Mommies yang tahun ini mau nyekolahin anak-anak, udah pada punya gambaran belum mau pilih sekolah yang mana?

Milih sekolah untuk anak itu ibarat milih jodoh. Harus dipikirin baik-baik, jangan sampe nanti udah masukin anak ke sekolah X, bayar mahal, eh … ujung-ujungnya anak nggak cocok sekolah di sana. Huhuhu.. mubazir kan?

Berdasarkan pengalaman saya 4 kali milih sekolah buat anak-anak, ada beberapa hal yang sebaiknya kita pertimbangkan sebelum memutuskan memasukkan mereka ya.

1.Faktor si anak itu sendiri

Sebelum mempertimbangkan untuk memasukkan si kecil ke sekolah, ada baiknya kita memperhatikan faktor usia. Anak-anak memlikiki masa bermain yang cukup panjang, yakni hingga usia sekitar 4-5 tahunan. Jadi sebenarnya nggak perlu menyekolahkan mereka terlalu dini, kecuali ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan mendalam.

Dalam kasus saya, dulu si kakak saya masukkan ke PG sekitar usia 3,8 tahun dengan pertimbangan di rumah dia hanya tinggal sendiri bersama pengasuh. Dengan pemikiran agar dia bisa bersosialisasi dengan anak lain, saya masukkan dia ke PG yang hanya mulai dari jam 7.30 - 10.00 alias 2,5 jam setiap harinya. Di sana dia nggak belajar tentang pelajaran ini itu. Tapi para guru mengajarinya berinteraksi dengan anak-anak lain, bernyanyi, mendengarkan dongeng, dan berolahraga.

Adiknya, saya masukkan ke TK pas di usianya yang ke-4. Meskipun di rumah dia saya asuh sendiri, tapi menurut pertimbangan keluarga dia sangat kurang bersosialisasi mengingat di sekitaran rumah enggak ada teman bermain yang sepantaran. Nah, daripada dia asik dengan gadget, mendingan saya masukkan aja ke sekolah. Itung-itung di sana dia bisa memiliki banyak teman, bermain dan beraktivitas lebih banyak ketimbang terkurung di rumah.

See, sebenernya masalah umur ini juga nggak bisa dijadikan patokan yang saklek sih. Secara alami, anak akan menunjukkan tanda-tanda kesiapan belajarnya sendiri. Misalnya dia udah mulai tertarik dengan buku, alat tulis, atau hal-hal lain yang berhubungan dengan sekolah. Seperti memperhatikan kakaknya memakai seragam sekolah, bersepatu dan lain sebagainya. Kalau anak sudah menunjukkan tanda-tanda ini, kita bisa mulai menjajagi kemungkinan dia masuk sekolah atau belum. Semua kembali lagi pada keputusan masing-masing orangtua.

Mampir juga ke sini : Efek Buruk Kekerasan pada Anak


2.Kepribadian anak

Masing-masing anak memiliki karakteristiknya sendiri. Karena itu, sebelum memutuskan sekolah yang kita inginkan, sebaiknya kenali dulu kepribadian anak kita ya Moms. Kayak anak saya yang gede itu cenderung pendiam dan lebih suka menjadi orang di balik layar. Beda sama adeknya yang lebih open dan ekstrovert. Jadi, saya harus nyariin sekolah yang paling sesuai dengan karakter mereka itu.

Selain itu, kenali pula hobi anak. Sebisa mungkin carilah sekolah yang bisa memfasilitasi mereka melakukan hobi itu. Lingkungan sekolah juga memiliki peran penting loh dalam meningkatkan rasa PD pada anak. Usahakan untuk menemukan sekolah yang memiliki guru dan pendidik yang ramah, komunikatif dan mau mengerti siswanya. Bukan cuma taunya ngajar, nyuruh anak ngapalin, dan bikin soal untuk ulangan. Duh, hari gini gitu loh… please dweh.

Untuk membuat anak senang belajar itu penting banget. Nggak semua sekolah menerapkan metode mengajar yang asik dan diterima siswa dengan mudah. Masih banyak di antara sekolah klasik yang maunya anak tuh duduk diem sementara guru asik ngoceh di depan. Anak nggak boleh berisik, harus anteng dan njawab dengan tunduk. Makanya penting buat Mommies and Daddies untuk berkunjung ke sekolah yang dituju untuk tahu bagaimana mereka mengajar anak-anak.

Beberapa sekolah mengadakan Open House untuk memperkenalkan diri pada umum bagaimana sistem pendidikan di dalamnya. Nah, kita bisa memanfaatkan momen ini untuk mencari tahu lebih dalam tentang sekolah tersebut.


tips memilih sekolah anak


3.Tahap perkembangan anak

Mendidik anak sejatinya harus selaras dengan tahap perkembangannya, seperti ini misalnya.
a. Fase sosialisasi
Ini adalah tahap dasar yang harus dilalui anak. Jadi, pertama kali menyekolahkan si kecil kita harus pastikan pihak sekolah memfasilitasi anak untuk bersosialisasi dengan baik ya. Jangan ragu untuk menunggui anak di masa-masa awal dia bersekolah. Perhatikan apakah dia hepi atau takut, dan dampingi dia melewati masa-masa itu. Di sini, anak juga mulai mengembangkan kecerdasan emosionalnya. Mereka akan belajar banyak hal tentang berbagi, saling tolong menolong, dan menyayangi teman-teman serta gurunya.

b. Fase mengerti aturan
Pada fase ini, anak harus belajar mematuhi aturan. Mana yang boleh dan mana yang nggak boleh dia lakukan. Jangan memanjakan anak berlebihan, apalagi memperbolehkannya melakukan apa saja dengan dalih “daripada ngamuk”. Mengajarinya mematuhi aturan adalah salah satu cara menghindarkannya menjadi pribadi egois kelak.

Baca juga : Manfaat Finger Painting untuk Kecerdasan Anak

c. Fase pengembangan kognitif
Tiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Karena itu, parents dan para guru harus memiliki pengetahuan tentang hal ini dengan baik. Anak yang cerdas bahasa pasti akan membutuhkan treatment yang berbeda dengan anak kinestetik. Sementara anak yang visual juga akan memerlukan perlakukan yang berbeda dengan mereka yang memiliki kecerdasan matematis. Setiap kecerdasan yang dibawa anak secara alami ini akan membawa konsekuensi psikologis dan emosi yang berbeda. Makanya penting juga untuk memahami hal ini. Jangan sampai anak dicap sebagai “anak bandel” hanya karena nggak sama dengan anak-anak lainnya.


d. Fase pengenalan seni dan olahraga
Seiring perkembangan emosi dan kognisinya, anak juga membutuhkan gerakan tubuh yang lebih aktif. Karena itu, sekolah juga harus memfasilitasi mereka untuk berolahraga. Mulai di levelan SD, kayaknya udah mulai ada ekskul yang fokus pada beberapa bidang seni dan OR. Nah, Mommies perlu deh mengikutkan mereka sesuai minat dan bakatnya ya.


tips memilih sekolah anak


4.Karakteristik sekolah

Beberapa hal yang perlu kita perhatikan dari sisi sekolah antara lain:
a. Lokasi sekolah
Usahakan memilih sekolah yang jaraknya nggak terlampau jauh dari rumah agak anak nggak kecapekan di jalan. Perhitungkan juga kemacetan yang mungkin terjadi, ya. Sebagus apapun sekolah itu, kalau jaraknya 2-3 jam dari rumah, saya sih mendingan Bye, dan nyari sekolah lain yang lebih deket.

b. Sistem pendidikan
Cari tahu sistem pendidikan seperti apa yang diterapkan di masing-masing sekolah yang kita incar. Ada sekolah dengan sistem pendidikan klasikal, ada sekolah yang lebih open dan menerapkan metode belajar alam. Pilih dan sesuaikan dengan karakteristik anak kita ya, jangan sampai berseberangan terlalu jauh nanti kasihan anaknya, bisa tertekan.

c. Jam belajar
Nah ini juga penting. Lamanya jam belajar di sekolah akan berpengaruh pada sisi psikologis anak. Saya sih termasuk geng mamak-mamak anti full-day school. Alasannya biar anak juga punya waktu pribadi untuk melakukan banyak hal di luar sekolah. Tapi kalau Mommies punya preferensi berbeda sih nggak masalah, selama anaknya enjoy, go ahead aja.


5.Keinginan siapa

Nah ini yang terkadang rancu dan enggak kedetect sama kita. Seringnya, anak kan nggak punya banyak pilihan untuk menentukan sekolah seperti apa sih yang mereka mau. Kebanyakan orang tua yang memilihkan sekolah untuk mereka. Giliran pas udah di dalem, baru deh ketauan kalau si anak enggak enjoy dan bahkan tertekan.

Untuk anak-anak yang masih di level TK-SD sih nggak terlalu masalah. Untuk anak yang lebih besar, Mommies bisa mulai melibatkan mereka untuk mencari referensi sekolah mana yang kira-kira mereka sukai dan cocok sama karakter mereka. Nggak ada salahnya sih parents mengungkapkan keinginan kepada anak, tapi jangan lupa untuk mendiskusikannya dengan anak. Toh, mereka yang akan menjalani masa depannya, jadi bawa mereka untuk berpikir lebih mendalam tentang hal itu. Tentu, dengan masukan dan pertimbangan bersama biar lebih afdol.


6.Kenali potensi anak dan optimalkan prestasinya

Seperti sudah dijelaskan di awal tulisan ini, sangat penting untuk mengetahui potensi kecerdsan anak dan mengoptimalkan prestasinya. Sekolah yang baik dan cocok untuk anak sebaiknya mempunya andil dalam mengembangkan hal ini dengan baik.

Fasilitasi anak mengembangkan dirinya dengan maksimal, sehingga mereka bisa berprestasi. Namun, ingatlah bahwa nggak melulu sekolah formal aja yang bisa mengoptimalkan potensi anak. Sekolah infomal pun bisa.

Gak penting apakah sekolah yang kita pilih adalah pilihan dari eyang, kakek, opung, rekanan, atau boss kita sekalipun ya Moms. Yang paling tahu anak kita adalah kita sendiri. So, jangan pernah mengandalkan komentar orang lain 100 persen untuk menentukan masa depan anak. Yang penting anak cocok, sekolahnya sesuai dengan kriteria kita dan anak hepi, go ahead!


tips memilih sekolah anak

Ingatlah setiap anak punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Daripada pusing memikirkan kelemahannya dan mencoba mendongkraknya dengan mengikutsertakan mereka dalam beragam bimbel dan les, lebih baik fokus pada kelebihannya dan fasilitasi mereka hingga bisa mencapai titik maksimal di masa depannya. 

Yuk, jadi parents yang cerdas dan bahagia!

Salam, 

Posting Komentar

14 Komentar

  1. Setuju, memang sebaiknya orang tua mendukung ya,bukan memaksa anak untuk menentukan pilihan

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mba, kadang yang pengen tuh ortunya, bukan si anak hehe.

      Hapus
  2. Setuju mbak. Sikecil malas malas ke sekolahnya di TK mungkin dia bosan dengan sistem pengajaran gurunya yang kaku. Anak disuruh diam dan dengerin gurunya. Tapi begitu saya masukin ngaji yang guru gurunya semua masih muda dan ngayom banget sama dia, dianya betah banget.hariliburpun pengennya ngaji terus. Haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mba, dunia anak kan masih bermain ya. Jadi nggak seharusnya disuruh untuk ngapalin ini itu apalagi duduk anteng di depan meja hehehe

      Hapus
  3. Btw, seriusan si kicik masuk TKB? Lha sepantaran ma anakku berarti ya.

    Setujuuu sama tipsnya dan aku pun mamak kubu anti full day school. Aku nih masih bingung sama SDnya nanti belum nemu. Kalau di TKnya ini sih karena sekolah alam dia enjoy banget.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kagak, Mba... ini masih di TK A. tahun depan ini baru naek ke TK B hehe

      Hapus
  4. Gampang susah milih sekolah. Anak² dulu sih sekolah SD sd SMA negeri yg dekat rumah. Sekolah swasta msh dikit dan mahal juga. Yawda digenjot les ekskul aja. Biar ada ketrampilan lain...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Bun, sekolah dulu nggak banyak pilihan ya.. sekarang mah lobaaa

      Hapus
  5. Mamak mamak di daerah sekitar rumah saya sedang galau dengan sistem zonasi mbak, he.

    BalasHapus
  6. Kalo di kota enak, banyak pilihan sekolahnya ya, Mbak. Btw, itu beda usia si sulung ama bungsu jauh banget, yak

    BalasHapus
  7. Kalau untuk level TK atau pun playgroup, memang sebaiknya tidak full day school, kalau sudah SD, anak juga diajarkan untuk beradaptasi dengan lingkungan, selain orang tua juga harus rajin berkomunikasi dengan guru

    BalasHapus
  8. Insya Allah, bungsuku sebentar lagi masuk SD. Banyak hal yang memang harus diperhatikan sebelum memutuskan sekolah untuk anak. Hufh, ternyata susah-susah mudah juga ya.....

    BalasHapus
  9. Tipsnya kece. Saya pun berusaha mencari sekolah yang mendukung bakat si kecil. Alhamdulilah, tahun ini udah dapat buat sulung yang masuk kelas 1 Mbak.sebelum masuk ke sekolah tersebut, sengaja aku ajak dia juga buat nentuin suka apa tidak. Supaya ketika ajaran baru sudah dijalankan,dia nggak kabur duluan.hihi

    BalasHapus
  10. hal ini seharunsya menjadi perhatian juga bagi orang tua untuk menyekolahkan anaknya aagr si anak merasa diperhatiakan oleh orang tuanya

    BalasHapus

Hi there!

Thank you for stopping by and read my stories.
Please share your thoughts and let's stay connected!