8 Karakter Umum Anak Usia SD. Nomor 8 Bikin Baper!

karakter umum anak usia SD


Proses tumbuh kembang pada anak-anak adalah sesuatu yang wajar dan normal terjadi. Meski demikian, sebagai orang tua kita pasti akan merasa bahwa proses tersebut terjadi begitu cepat. Rasanya seperti baru kemarin sore mereka lelap dalam gendongan, namun kenyataannya bulan kemarin Kevin, anak kedua saya, udah jadi murid Sekolah Dasar. Wah, rasanya pasti campur aduk nih Moms. Apalagi, anak-anak masih harus mengikuti PJJ alias school from home. Artinya saya akan jadi guru pendampingnya setiap hari. 

Nggak hanya buat anak, kenyataan bahwa belajar dari rumah itu berat juga saya rasain loh. Si kakak sih udah jauh lebih mandiri berhubung dia udah di SMA. Nah urusan si Kevin ini masih harus banyak saya handle. Hal ini mau nggak mau bikin saya harus mengupgrade diri setiap hari. Soalnya, honestly yaa... pelajaran anak SD jaman now ini beda juauuh sama jaman kita sekolah dulu.  

Udah gitu, sekali lagi karena ini jamannya sekolah online, which is gurunya belum pernah ada yang tatap muka langsung, jadi nggak 100 persen juga bisa memahami anak. Demikian juga sebaliknya. Belum hubungan sosial sama temen yang juga rata-rata belum kenal. Hiks.. Tapi ya apapun faktanya itu, harus kita hadapi sembari berdoa pandemi ini segera berlalu. Amiinnnn.... (yang kenceng).

BTW, ngobrol soal anak, semua pasti setuju ya bahwa setiap anak memiliki ciri khas dan karakternya masing-masing. Nggak ada satu anakpun yang identik sama yang lain. Bahkan anak kembar sekalipun, punya karakteristik kepribadian yang berbeda. Namun, tahukah Mommies... ada delapan karakter umum yang biasanya ada pada anak-anak usia SD seperti Kevin? Hm, apa aja ya itu?  Yuk, simak bersama-sama!

8 Karakter Umum Anak Usia SD

1.  Senang bermain

Anak-anak usia SD, tentunya masih sangat senang bermain. Karena itu, sebaiknya orang tua dan guru nggak perlu memaksa mereka untuk terlalu serius apalagi bersikap terlalu formal. Terutama ketika mereka baru saja memasuki bangku kelas satu SD. Biarkan mereka berkembang dengan wajar sesuai usianya. 

Saya bersyukur banget wali kelasnya Kevin sangat mengerti hal ini. Berulang kali beliau mengingatkn anak-anak bahwa kewajiban mereka itu adalah belajar, berdoa, dan bermain dengan gembira. Meskipun hanya berjumpa di ruangan zoom, tampaknya anak-anak bisa mengerti dan memahami pesan bu gurunya ini. Nyatanya, dalam setiap sesi mereka tetap saja bertingkah lucu. Apalagi, Kevin ini masuk ke kelompok kelas kinestetik. Haha.. bayangin gimana anak kinestetik disuruh anteng saat zoom yaa... 


2. Aktif bergerak

Anak usia 7-12 tahun selalu aktif bergerak. Mereka suka berlari, melompat, dan berakrobat. Kevin lebih lagi. Dia nggak hanya gemar berlari atau melompat, tapi juga koprol, naik teralis, main bola dalam rumah, dan banyak lagi. Untuk itu, saya harus memastikan dia mendapatkan asupan makanan bergizi seimbang agar enggak kehabisan tenaga harian. 


3. Rasa ingin tahunya besar

Besarnya rasa ingin tahu pada anak adalah sesuatu yang baik dan sangat bermanfaat bagi perkembangan otaknya. Orang tua dan guru sebaiknya memfasilitasinya dengan memberikan kesempatan dan dukungan yang besar agar anak tumbuh makin cerdas. Biarkan mereka mengeksplorasi lingkungan di sekelilingnya. 

Jamannya belum pandemi, anak-anak memiliki kesempatan yang lebih luas untuk mengeksplorasi dunia sekitarnya. Sekarang, ruang gerak mereka jauh lebih terbatas. Tapi hal itu sebenarnya nggak harus menjadi kendala. Mommies and Daddies bisa mengajak mereka berpetualang di sekitaran rumah, asalkan tetap prokes ya. 

Buat saya yang kebetulan tinggal di rumah mewah alias mepet sawah, bisa memanfaatkan lingkungan di samping rumah untuk mengajaknya melakukan banyak aktivitas. Seperti berjemur, bermain sepeda, main sepak bola, atau sekedar melihat petani beaktivitas di sawah. Kevin bisa sekaligus belajar tentang lingkungan hidup, tanaman, dan hewan-hewan di sekitarnya. 


4. Lebih mudah memahami hal-hal yang konkret

Logika anak masih dalam tahap perkembangan. Pada usia SD, mereka memang masih akan lebih banyak memahami hal-hal yang bersifat konkret. Untuk itu, sebaiknya berikanlah stimulus yang mudah dilihat, dipegang atau dirasakan.

Pernah sahabat saya yang seorang psikolog mengatakan bahwa anak-anak di bawah 13 tahun itu belum bisa membedakan mana kenyataan dan mana yang khayalan. Karena itu, selain menstimulasi mereka dengan hal-hal konkret, jangan lupa untuk menemani mereka saat aktivitas on screen. 

 

5. Mulai berpikir logis

Memasuki usia enam tahun, otak anak mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini memungkinkan mereka untuk mulai bisa berpikir secara logis, meski masih terbatas. Namun seiring berjalannya waktu, mereka akan mendapatkan perkembangan yang sempurna. 


6. Mulai aktif memecahkan masalah

Biarkan anak memecahkan masalahnya sendiri. Terutama untuk hal-hal sederhana seperti mengancingkan baju sekolahnya, meraut pensil atau sekadar memasang sepatunya sendiri. Ini akan melatih kemandiriannya.

Ingat ya Moms, di usia ini mereka  mulai bisa berpikir runtut, menghubungkan beberapa hal sekaligus, dan mengambil kesimpulan sederhana. Ini saatnya parents ngasih tanggung jawab yang lebih besar ya. Jangan tergoda untuk selalu membantunya, karena hal ini justru akan membatasi kemampuan mereka untuk mandiri. 


7. Memasuki masa pubertas

Siswa kelas lima atau enam, akan mulai memasuki masa pubertas. Untuk itu, orang tua harus mulai membekali mereka dengan pengetahuan seputar seksualitas dengan baik, termasuk soal menstruasi dan akil balik. Tentu saja sesuaikan dengan usia dan pemahaman anak ya.


8. Tidak lagi bergantung sepenuhnya pada orang tua

Bersiaplah ditinggalkan anak, ya Moms! Di usia SD ini anak akan mendapatkan kemandiriannya secara bertahap. Artinya, mereka akan mulai tidak bergantung sepenuhnya pada kita. Biarkan mereka berkembang seperti ini, namun tetaplah mengawasinya dari kejauhan. Emang rasanya bakalan aneh dan nggak tega ngelepas mereka untuk mandiri. Tapi, itulah yang harus kita lakukan agar kelak mereka menjadi pribadi yang mandiri dan bisa bertanggung jawab atas hidupnya sendiri.


Ibarat burung, saat ini kita sedang melatih rajawali kecil untuk terbang tinggi. Prosesnya akan menyakitkan dan kadang terkesan kejam bagi anak. Tapi, induk rajawali nggak akan berhenti membawa anak-anaknya ke tempat tinggi dan menjatuhkan mereka. Karena hanya itulah cara yang sempurna membentuk rajawali muda yang perkasa dan tak gentar pada badai. 

Bukankah kita juga pengen anak-anak kita seperti itu?


Happy parenting, Moms!

smart mom happy mom


Posting Komentar

0 Komentar