Sepertinya gampang ya, wong cuma 3 hal doang. Hamil, ngelahirin, trus nyusuin. Udah deh.
Bagi beberapa orang yang (sepertinya) kurang paham dengan trilogi kehidupan ini, proses yang saling berkesinambungan ini mungkin saja terlihat mudah dan nggak ribet. Saya punya seorang teman cowok yang belum menikah, dengan santainya merencanakan sebuah kegiatan penting di mana sahabatnya (cowok juga) yang istrinya baru saja melahirkan sore tadi. Kapan? BESOK PAGI.
Hihihi.. mungkin dia pikir mbrojolin bayik itu semudah ngegoreng rengginang. Udah selesai ya udah. Bye. Bisa langsung hepi-hepi lagi. Dia kagak tau perjuangan menembus malam-malam penuh melekan alias begadang dengan bayi yang mungkin saja rewel. Perihnya mata karena kurang tidur ditambah mood si mamak yang masih naik turun. Belum lagi kalau ada anak lain yang harus diasuh dan diurusin. Belum lagi mikirin biaya lairan yang, you know lah, nggak murah itu.
Hei! Punya anak itu nggak segampang bikin kue bolu, Man!
Nggak cuma si ibu yang harus menyesuaikan diri dengan kehidupan yang baru loh. Tapi si bapak juga, pun kalau ada kakak yang juga harus diperhatikan. Pria atau wanita kecil yang harus dijaga moodnya, yang harus tetap disayangi, meski ada bayi yang menuntut perhatian sangat besar. Masih bagus kalau si ibu nggak kena baby blues, lha kalo kena (kayak saya dulu) gimana? Huaaa….Oya jangan lupakan juga “kasus” unexpected pregnancy alias kebobolan. Ada aja orang yang tega bikin candaan dengan kondisi ini. Mereka nggak tahu kepanikan, ketakutan dan kecemasan yang mungkin saja dialami oleh ibu-ibu yang “terpaksa” hamil sebelum waktunya. Mereka yang karena satu dan lain hal mau nggak mau jadi harus hamil lagi, padahal anak yang gede masih belajar merangkak, suami penghasilannya masih pas-pasan, nggak punya pembantu, yang masih pengen berkarier tapi “terhalang” oleh adanya anak dan lain-lain.
Makanya saya tuh paling kesel kalau ada orang yang bikin candaan dengan topik kehamilan ini. Apalagi di medsos, di mana orang sedunia raya bisa ngelihat trus main komen gitu aja tanpa mempertimbangkan perasaan orang yang dijadiin bahan candaan.
Helaaaw!!!
Pernah ngga ya mereka-mereka yang suka becanda dengan topik kehamilan ini merasakan apa yang ibuk-ibuk rasakan?
“Cie, yang kebobolan. Siap-siap deh repotnya.”
“Kenapa nggak mau hamil lagi sih? Nunggu apa, keburu tua loh.”
“Udah hamil aja lagi, kali-kali aja dapet cewek besok.”
Ups, sori yes, saya paling nggak sukak banget pertanyaan-pertanyaan seperti ini. Siapa elu ya, nyuruh-nyuruh gue hamil? Emang kalau gue hamil elu mau biayaain? Mau beliin susu, baju, bayarin sekolah, les ini itu, periksa ke dokter kalo sakit, endebrai… endebraaai.. Emang dengan bercanda atau bertanya or just share something soal kehamilan ini bisa bikin kondisi jadi lebih baik?
Hamil atau nggak hamil, semestinya jadi keputusan yang sifatnya privasi. Yang cuma boleh dirempongin oleh suami dan istri. Bukan orang ketiga, keempat, apalagi kelima yang bahkan nggak punya hak buat nyuruh-nyuruh atau nyalah-nyalahin.
Hamil yang direncanakan aja nggak selalu mudah loh. Apalagi yang enggak direncanain. Morning sickness, anemia, lemes, mual, muntah, uring-uringan, insomnia, hingga gangguan lain yang mungkin saja lebih berat, jadi konsekuensi yang harus dilalui ibu hamil.
Duh maap pemirsah, saya jadi emsional gini nulisnya. Bukan apa-apa, saya emang rada sensi kalo soal yang satu ini.
Nah, buat kalian-kalian yang masih nganggep hamil dan melahirkan itu gampang, just a piece of cake.. liat dulu daftar kebutuhan yang harus dipenuhi saat seorang perempuan hamil berikut ini.
Kesiapan mental
Persiapan mental nggak cuman menjelang persalinan, tapi mulai sejak perencanaan kehamilan. Calon ibu dan ayah harus benar-benar siap menjadi orangtua pada waktu si kecil lahir nantinya. Calon orangtua yang enggak siap lahir batin, bisa kehilangan “kewarasan” dan hal ini membahayakan. Nggak saja buat ibu, tapi juga untuk si kecil.Siap punya anak artinya siap untuk menerima semua tanggung jawab menyangkut kehidupan seorang manusia baru yang harus dibimbing dan dididik. Nggak cuma dilahirin doang, tapi juga disayangi seumur hidup.
Bagaimana dengan kehamilan yang tak direncanakan? Hal ini tentu saja membutuhkan perhatian dan penanganan lebih serius. Calon orangtua sebaiknya mendapatkan pendampingan atau minimal punya orang lain yang bisa diandalkan. Jika hal ini terjadi pada pasangan yang sudah punya buah hati, ya mau nggak mau harus merelakan diri menerima takdir, sehingga janin tidak mendapatkan penolakan.
Kebutuhan nutrisi
Ibu hamil harus memastikan dirinya dan janin mendapatkan nutrisi yang cukup dan seimbang. Zat besi, kalsium dan zinc adalah beberapa unsur penting yang harus dikonsumsi selama persiapan dan proses kehamilan berlangsung.Jangan pikir hal ini mudah dilakukan loh. Ibu hamil biasanya banyak yang susah makan. Kalaupun mau, mereka suka pilih-pilih. Udah gitu moodnya juga mudah sekali berubah. Jadi, nggak gampang bikin bumil itu mau makan banyak, terutama di trimester pertama.
Cek kesehatan
Selain memastikan nutrisi yang tepat untuk pertumbuhan janin, calon ibu juga sebaiknya melakukan health check up untuk mengetahui kondisi kesehatannya secara menyeluruh. Hal ini meliputi cek berat badan, tekanan darah, juga menyangkut soal riwayat penyakit.Penyakit-penyakit berat yang pernah diderita calon ibu atau keluarga di atasnya, bisa berisiko menular pada janin. Karena itu, penting untuk melakukan cek kesehatan ini dengan baik.
Sekarang katanya sebelum melahirkan juga disyaratkan untuk melakukan beberapa tes darah. Saya kurang paham apa saja yang harus dicek, tapi dengar-dengar katanya ini jadi hal yang wajib dilakukan untuk meminimalisir hal-hal yang nggak diinginkan selama proses bersalin kelak.
Persiapan finansial
Kebutuhan dana tentu saja jadi hal yang sangat penting sebelum memutuskan punya anak. You know kan, biaya hidup aja udah nggak murah. Apalagi ditambah dengan kebutuhan supplement kehamilan, susu hamil, cemal-cemil untuk bumil, susu anak (kalau udah nggak ASI), biaya cek ke dokter spesialis SPOG dan spesialis anak, dan masih banyak lagi.Jadi gimana? Masih mau bikin becandaan dengan topik kehamilan lagi?
Jangan dong ah!
0 Komentar
Hi there!
Thank you for stopping by and read my stories.
Please share your thoughts and let's stay connected!