Menghadapi anak kinestetik membutuhkan treatment tersendiri yang pastinya berbeda dengan anak-anak dengan kecerdasan multiple yang lain, seperti kecerdasan musikal, interpersonal atau kecerdasan bahasa. Nah kebetulan, Kevin ini cenderung memiliki kecerdasan kinestetik dan bahasa, So, bisa dibayangkanlah betapa serunya rumah saya setiap harinya. Meski demikian, saya mencoba untuk menerapkan aturan main yang “do-able” dan tetap memberi keleluasaan ruang gerak bagi anak-anak. Contohnya, Kevin bebas melakukan kegiatan “akrobatnya” tapi harus di ruangan tertentu, atau pada waktu tertentu. Dia nggak boleh corat-coret tembok semaunya, atau main sepeda waktu malam hari di dalam rumah. Dia juga hanya boleh koprol di atas kasur dan naik jendela kalau ada orang dewasa yang menemaninya. Semua itu saya lakukan semata demi menjaga keselamatan dan keamanannya sendiri.
Baca yang ini yuk : Ide Main Bersama Buah Hati di Rumah Saja
Anak-anak dengan kecerdasan kinestetik seperti Kevin memiliki gaya belajar yang berbeda dengan kebanyakan anak lainnya. Kalau anak lain bisa duduk anteng di meja belajar, Kevin lebih suka belajar sembari ngapa-ngapain. Dia juga lebih mudah paham sesuatu lewat serangkaian aktivitas yang melibatkan organ geraknya, dan suka banget langsung memraktekkan ilmu yang dia pelajari. Misalnya saja saat sedang belajar matematika, dia excited banget menggerakkan jarum jam dinding yang sudah rusak. Nggak cuma belajar angka, kami juga sekaligus mempelajari waktu. See, sekali mendayung .. dua tiga pulau terlampaui, kan?
Gaya belajar model ini sangat pas untuk anak-anak kinestetik, karena melibatkan penggunaan organ sensorik-motoriknya sekaligus, yakni tangan, kaki, mata dan otak. Anak dengan kecerdasan kinestetik memang lebih mudah menerima dan memroses informasi saat organ motoriknya ikut bekerja. Mereka juga cenderung terampil dalam hal olah tubuh, termasuk berolah raga, menari, ataupun menggambar. Kebetulan, sampai saat ini Kevin lebih menonjol di bidang olahraga.
Karena karakteristiknya itu, anak dengan kecerdasan kinestetik sering mengalami kendala. Di antaranya adalah:
1. Dianggap sebagai pengganggu dan merepotkan, terutama karena mereka susah untuk diam. Hal ini terutama bisa terjadi jika dia sedang berada di antara anak-anak lain yang cenderung lebih anteng. Saya beruntung karena meskipun Kevin cenderung kinestetik, tapi dia masih bisa behave saat berada di luar rumah. Saat dibawa bepergian, dia juga bisa menahan diri untuk tidak melakukan aksi koprol seperti yang biasa dilakukannya di rumah.
2. Kedua, anak dengan kecerdasan kinestetik biasanya memiliki kesulitan dalam hal mengafal, rumus-rumus, atau peta.
3. Ketiga, saat berada di kelas besar yang cenderung menerapkan metode belajar auditori, anak-anak kinestetik kemungkingkan besar akan merasa kesulitan.
4.Karena stok energinya sangat berlimpah, terkadang anak kinestetik merasa kesulitan untuk berkonsentrasi. Karena itu, ada baiknya mereka diberikan kesempatan lebih luas untuk menyalurkan energi tersebut agar otak dan tubuhnya seimbang. Sebagai contoh, kita bisa mengikutkannya pada kegiatan olahraga, musik, dan lain-lain.
Rekomendasi bagi Orang Tua Menghadapi Anak dengan Kecerdasan Kinestetik
Setiap anak sejatinya memiliki kelebihannya masing-masing, termasuk anak-anak kinestetik. Tugas orang tua adalah untuk menerimanya dan menyikapinya dengan bijak. Nah, berikut ini adalah rekomendasi hal-hal yang bisa kita lakukan untuk memaksimalkan potensi dalam diri mereka:1. Pergunakan metode belajar yang menyenangkan dan bisa mengakomodir energi dalam diri mereka yang berlimpah. Hal ini mungkin gak sulit ditemukan di sekolah-sekolah dengan metode belajar konvensional. Meski demikian, bukan tidak mungkin kok ada sekolah dan guru-guru yang open, plus bersedia menangani anak kinestetik ini dengan tepat.
Untuk kasus Kevin, saya termasuk beruntung karena dia masih mau duduk tenang di meja saat bu guru mengajar di kelas. Dia hanya akan bergerak ketika sudah selesai mengerjakan tugas atau pada waktu istirahat. Kayaknya itu juga hasil dari pelaksanaan aturan bermain yang saya terapkan di rumah. Jadi dia terbiasa melakukan aksi koboinya pada waktu dan tempat tertentu hehehe. Nice boy!
Untuk menyalurkan energinya, bu guru juga suka menugaskannya untuk membantu membersihkan papan tulis atau merapikan buku dan mainan di loker.
2. Untuk menyalurkan energinya yang besar, kita bisa memberinya waktu untuk beraktivitas sebelum belajar atau bersekolah. Misalnya saja membolehkannya berlari-lari atau main sepeda sebelum mandi dan berangkat sekolah. Kalau Kevin kebetulan belum terlalu ON tenaganya pas pagi-pagi. Justru selepas sekolah dia seakan overload tenaga dan butuh penyaluran. Makanya, saya suka biarin dia main kejar-kejaran sama temen-temennya hingga 30-40 menit sebelum pulang. Sesampai di rumah, dia juga masih bermain dan melompat-lompat bahkan hingga waktu tidur siang dan menjelang tidur malam.
Untuk anak-anak yang lebih besar, mungkin kita bisa memberinya tugas yang menyenangkan sekaligus bisa menyalurkan energinya, seperti membantu menyiram halaman, menyapu, atau mengepel lantai. Membolehkan mereka bermain di luar rumah juga bisa membantunya mengosongkan energi supaya malamnya bisa belajar dan tidur dengan tenang.
Bacaan terkait : Manfaat Bermain Bagi Anak
3. Anak dengan kecerdasan kinestetik kan umumnya kesulitan dalam hal menghafal dan mempelajari rumus-rumus kan ya? Nah, sebagai solusinya, saya suka menggunakan media lain yang lebih mengasikkan saat membahas hal-hal yang sulit seperti ini. Misalnya mengajari angka memakai jam dinding bekas, atau mengajaknya menyanyikan lagu Sunday-Monday saat mengajarinya menghafalkan nama-nama hari. Kalau perlu, sambil corat-coret di white board saat menyanyikannya.
Beruntung, Kevin nggak hanya cenderung kinestetik, tapi juga cerdas bahasa dan otak kanannya dominan. Jadi saat harus menyanyikan lagu seperti ini dia nggak ada kesulitan berarti. Justru, otaknya makin “jalan” dan proyek hafalan pun lancar jaya. Singing dan moving is really fun for him!
4. Jangan terlalu sering melarangnya saat sedang “beraksi”. Bagaimanapun juga mereka memang diciptakan untuk itu, sehingga melarangnya bergerak sama aja dengan memasungnya dalam dunia yang menakutkan. Yang perlu kita lakukan, hanyalah mengawasinya dengan baik dan sesekali boleh saja melarangnya melakukan sesuatu yang memang berbahaya. Jangan lupa untuk menyampaikan alasannya dengan baik ya, Moms. Supaya anak tahu dan enggak bertanya-tanya kenapa sih kok apa-apa dilarang.
Nah sekarang udah tahu dong, apa dan bagaimana treatment yang pas untuk anak-anak dengan kecerdasan kinestetik? Jangan galau dan bingung lagi ya Moms. Penerimaan yang tulus, dukungan dan perhatian penuh akan membuat potensi mereka maksimal tanpa harus terkungkung dalam dunia yang lebih “sepi”. Selamat menjadi orang tua yang super seru ya!
Salam,
1 Komentar
omaigat, Mah. samaan kita. Sha, anakku yang No.2 juga kinesthetic. Jadi kalo dia belajar, harus aku masukin gerak fisik juga.
BalasHapusBeberapa permainan untuk belajarnya Sha udah aku tulis di blog. Kapan2 bisa mampir, Mah :)
Hi there!
Thank you for stopping by and read my stories.
Please share your thoughts and let's stay connected!